Selasa, 19 Februari 2013

SUATU REALITA JAMAN DIMANA REMAJA MALAS BERIBADAH






          Jika anda menjumpai segerombolan anak sedang bermain, entah game online, basket, futsal, dsb tentulah itu suatu hal biasa bukan, bahkan mereka pasti rutin melakukannya atau bahkan sudah menjadwalkannya jauh-jauh hari sebelumnya bersama teman-teman mereka. Namun, pernahkan anda melihat segerombolan anak itu masuk ke gereja atau tempat ibadat untuk beribadah kepada Tuhan yang diimaninya? Tentu pernah,namun jarang,mungkin satu bulan bisa di hitung hanya berapa kali dan jumlahnya pun dapat dihitung.
          Fenomena ini sangat menarik bahwa bagaimana kaum remaja saat ini mulai terbawa ke dalam arus globalisasi yang cenderung melihat hasil yang instan dan nyata. Sedangkan dalam kehidupan beragama hal yang di angkat cenderung bersifat teoritis, membosankan serta tidak nampak hasilnya. Remaja menyukai game online karena mereka dapat langsung praktek memainkannya dan dalam akhir permainan terdapat score yg diperoleh sebagai buah kerja mereka selama permainan. Dalam basket,futsal,badminton, dsb, mereka juga terpacu dan bersemangat untuk memperoleh score terbaik dan menjadi pemenang di akhir laga.
          Sedangkan dalam ajaran agama, kita hanya diberi teori pedoman serta petunjuk untuk hidup benar sesuai ajaran Tuhan kita masing-masing, hasilnya pun tergantung pada sejauh mana kita mau merefleksikan serta mempraktekkan ajaran agama itu dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidaklah mudah, teori agama kebanyakan sangat berbeda dengan realita jaman kita saat ini, ajaran agama cenderung menjauhkan manusia dari kilau dunia untuk hidup suci dan memusatkan diri pada illahi. Inilah yang sangat sulit di capai oleh manusia,apalagi kaum remajanya. Dua hal yang berbeda poros ini mengakibatkan manusia cenderung menyepelekan hidup rohaninya dengan alasan, jika menuruti agama saja mau makan apa? Hidup itu perlu uang. Begitulah manusia sering membenarkan anggapan ini.
          Hal ini mengakibatkan orang tua juga tidak terlalu memikirkan kehidupan rohani anak-anak mereka, yang penting anak sekolah baik-baik,menjadi anak penurut, dan kelak hidupnya berhasil itu sudah cukup bagi mereka. Namun satu point penting sering terlupakan oleh mereka, bahwa kelak anak mereka juga pasti mati. Kematian adalah suatu tabir gelap yang tidak akan pernah terjawab sebelum kita mengalaminya sendiri. Karena manusia membutuhkan jaminan kehidupan abadi setelah kematian. Jaminan kehidupan setelah kematian di seluruh dunia hanya ditawarkan oleh lembaga keagamaan. Namun pertanyaanya mengapa manusia cenderung menganggap enteng aspek ini? Mungkin karena merasa masih muda, masih kuat,masih gagah dsb.
          Kembali ke remaja, para remaja juga butuh di kenalkan dan di biasakan pada kehidupan spiritual keagamaan, jangan di biarkan hidup bersenang-senang saja, karena kehidupan dunia saat ini terasa begitu kejam bagi orang tua namun sangat mudah menyesatkan bagi kaum remajanya. Salah pergaulan sedikit remaja bisa kehilangan masa depannya. Maka berangkat dari sini penulis menyarankan betapa perlunya membina iman anak-anak sejak dini sehingga saat mereka beranjak ke masa dewasa (remaja), suatu masa di mana mereka masih bingung mencari jati diri kehidupannya, mereka telah mempunyai pedoman serta pegangan dari ajaran-ajaran agama bagi mereka agar tidak mudah terbawa oleh arus globalisasi yang amat mudah menghanyutkan. Karena hidup bukan hanya sekedar urusan menimbun harta ,meraih ketenaran dsb melainkan juga untuk menjadi manusia yang bahagia, manusia yang meraih sukses hidup. Sukses hidup bukan sukses dlm study,usaha, jabatan dsb, tapi sukses hidup sbagai orang beriman ditandai dgn adanya kedamaian hati,,kebebasan batin serta kegembiraan hidup.
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar