“Bertobatlah
dan Percaya Kepada Injil”
Masa
prapaskah kembali hadir ditengah -
tengah kita, ditandai dengan pemberian abu di dahi pada hari raya Rabu Abu
yang lalu. Masa prapaskah lebih mengajak kita untuk bertobat dan menyesali
segala dosa serta kekurangan yang pernah kita lakukan. Dari jaman ke jaman
bangsa- bangsa di Israel telah diingatkan akan pentingnya makna pertobatan. Dijaman
Nuh, Allah telah memperingatkan manusia pada
jaman itu agar bertobat, namun mereka tidak menggubrisnya sehingga Allah
memusnahkan hampir seluruh makluk yang ada di bumi. Begitu pula pada jaman
Yunus, Yunus di utus Allah untuk memperingatkan warga Niniwe agar bertobat dan akhirnya semua penduduk niniwe bahkan raja kota pun bertobat hingga murka Allah pun reda.
Pada
jaman ini gerejalah
yang mengajarkan dan mengingatkan kita akan makna dari pertobatan. Gereja sama
halnya seperti lembaga keagamaan yang lain juga menganjurkan tentang praktek
berpuasa dan bermati raga. Puasa dan mati raga kita lakukan untuk meredam sedikit
saja dari berbagai nafsu duniawi yang tidak pernah bisa kita kendalikan.
Manusia memang kuat dan berkuasa atas segala sesuatu yang ada di dunia ini,
bahkan berkuasa atas sesamanya, namun nafsu manusia jauh lebih besar dan
berkuasa atas dirinya sendiri. Jika kita tidak mampu mengendalikan berbagai
nafsu maka kita akan semakin jauh dari Tuhan. Kita semakin jauh dari kerajaan
Allah, padahal Yesus sering mengatakan bahwa kerajaan Allah itu sudah dekat.
Semua
orang dari berbagai masa sejak dari jaman Yesus sampai sekarang banyak yang
bertanya-tanya, di manakah kerajaan Allah yang akan datang itu? Mengapa sampai
sekarang pun bahkan Yesus sudah ribuan tahun yang lalu terangkat ke surga namun
dia belum juga datang sebagai raja di tengah kita seperti yang kita nanti-nantikan? Mari sedikit kita melihat menggunakan kacamata iman kita, kerajaan Allah tidak
harus datang langsung lalu memenuhi bumi kita dan menggantinya dengan semua
yang baru yang berkaitan dengan surga. Itu hanyalah alam khayalan kita yang
membayangkan seolah-olah bumi ini akan diganti oleh kerajaan Allah. Karena kalau seperti itu kerajaan Allah bakal
rusak dan hancur lama kelamaan akibat dari sifat manusia yang serakah.
Di
dunia kita sekarang kerajaan Allah bisa hadir saat kita merasakan kedamaian,
merasakan kasih, dan sukacita, keluarga kita menjadi damai, masyarakat menjadi
masyarakat yang manusiawi yang saling menghargai dan bangsa menjadi hormat dan
bermartabat. Namun di Indonesia hal seperti di atas sepertinya masih jauh dari
bangsa ini.
Negara dengan praktek korupsi dan ketidak jujuran yang sangat tinggi, sudah
tersusun rapi dari berbagai oknum dan sudah di biasakan sejak bangku
pendidikan dimana anak-anak sekolah terbiasa mencontek dan bersikap tak jujur untuk mengejar nilai semata. Ini menandakan bangsa kita masih jauh dari kerajaan Allah.
Namun
kita sebagai orang beriman di tengah jaman yang carut marut ini, sudah memiliki
pegangan dalam diri Yesus, Yesus berkata bahwa Bapa tidak akan memberi ular
pada yang minta roti, dan Bapa akan membuka pintu jika kita mengetuknya. Memang
seringkali kita berdoa tapi Tuhan seolah tidak mendengar dan masih tidak ada
perubahan dari apa yang kita minta.Berangkat dari hal tersebut terlihat
jelas bahwa doa kita memerlukan iman dan pengharapan, Yesus berkata jika iman
kita sebesar biji sesawi saja kita bisa memindahkan gunung. Namun sebagai
manusia memang hidup selalu di kuasai kecemasan, ketakutan, kekhawatiran akan
apa yang terjadi dalam hidup kita. Rasul Petrus yang juga pemimpin para rasul
juga mengalami saat-saat dia kurang percaya saat berjalan di atas air, namun
Yesus menolongnya, begitu juga saat Yesus di tangkap, ia menyangkal Yesus
karena takut bernasib seperti gurunya. Dalam dua sosok Yesus dan Petrus kita
bisa melihat bagaimana jika sosok Allah yang tercermin dalam wajah Yesus
bergumul dengan manusia (Petrus) seperti kita-kita ini.
Kembali
ke masa prapaskah yang sedang kita jalani saat ini, dimana kita harus
memperbaiki sikap hati dan bertobat karena Yesus telah menghapus segala dosa
kita. Banyak hal selain berpuasa dan mati raga yang bisa di lakukan untuk memperbaiki
kualitas hidup sembari juga bertobat. Misalnya melalui APP dan PI. Melalui APP
gereja mengajak para umatnya untuk saling berbagi dan bersedekah, dalam bacaan
Injil hari raya rabu abu yang lalu Yesus juga berpesan tentang hal bersedekah. Kita
di ajak untuk menjadi solider dan berbagi pada kaum miskin dan lemah. Tidak
semua orang yang harus kita tolong adalah orang miskin,banyak orang menderita
yang bukan hanya kekurangan materi semata, namun juga kurang kasih, kurang di
perhatikan, tertekan dalam hidupnya karena suatu hal. Maka berangkat dari
kenyataan-kenyataan tersebut kita harus mampu menjadi pelita bagi
saudara-saudari kita yang sedang mengalami kegelapan dalam hidupnya.
Selain
APP salah satu bentuk merenungkan masa prapaskah ini adalah dengan pendalaman
iman (PI). Dalam PI kita di ajak untuk lebih memahami makna pentingnya suatu
pertobatan sejati, dimana kita akan lebih memperdalam pengetahuan kita akan
kitab suci yang sering kita sepelekan dan kita anggap tidak penting dibanding
dengan pekerjaan-pekerjaan dunia kita, sehingga kita menjadi malas dan enggan
membacanya. Karena seringkali kita menganggap bahwa pekerjaan/karir kita itu
lebih penting dari apapun, tanpa bekerja kita tidak bisa makan dan membeli
kebutuhan hidup. Itu memang tidak salah, namun Allah menghendaki kita seimbang
antara menjadi manusia yang duniawi dan manusia yang surgawi. Manusia duniawi
adalah manusia yang dimana kita bekerja dan berusaha untuk memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia.
Sedang manusia surgawi adalah dimana
kita berusaha untuk melakukan kehendak Allah agar kelak saat hidup kita beralih
dari dunia kita bisa bersatu sendiri dengan Allah yang hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar